Mapena News - Kabupaten Tuban merupakan salah satu kabupaten penyumbang kebutuhan pangan di Jawa Timur bahkan nasional terutama padi, jagung, kedeleai, dan kacang tanah. Menurut BPS pada tahun 2023 kabupaten Tuban menghasikan padi sebesar sebesar 640.547 ton, jagung 788.447, kedelai 410 ton dan kacang tanah 20.788 ton, bahkan jagung merupakan penghasil terbanyak se-Jawa Timur. Sektor pertanian penjadi penyumbang terbesar kedua Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebesar 18,5% setelah setelah industri pengolahan sebesar 30,69%.
Walaupun menjadi salah satu penghasil pangan Nasional 14 % penduduk Tuban
masih di kategorikan penduduk miskin. Kapubaten Tuban masih masuk menjadi 10
besar kabupaten termskin di Jawa Timur. Berdasar data Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Tuban, jumlah penduduk Tuban hingga akhir
semester I 2024 lalu mencapai 1.261.691 jiwa. Naik 3.323 jiwa dari 2023 atau
selama enam bulan terakhir. Dari jumlah tersebut yang berkerja pada sektor
pertanian sejumlah 60%, atau setara dengan 960.000 penduduk. Hal ini
menggambarkan bahwa kebanyakan yang miskin adalah penduduk yang berprofesi
sebagai petani, sehingga apabila ingin keluar dari 10 besar kabupaten termiskin
di jawa timur makan peningkatan petani haris di tingkatkan.
Petani di kabupaten Tuban kebanyakan masih lulusan SD dan hanya menjadi
petani sub sistem. Artinya mereka hanya melakukan pertanian budidaya saja.
Input pertanian berupa bibit, pupuk obat obatan semua di dapatkan dari luar
dengan cara membeli sehingga yang menikmati adalah non petani dalam hal ini
pabrikan besar. Setelah panen yang melakukan pemanenan dan pengolahan hasil
juga bukan petani sehingga nilai tambah tidak di nikamati oleh para petani. Hal
ini disebabkan karena dari sumbedaya yang sangat rendah sehingga kreatifitas
dan jaringan baik pasar maupun input pertanian sangat terbatas. Semuanya masih
tergantung pada pihak luar.
Kedepan apabila kabupaten Tuban ingin menjadi salah satu lumpung pangan
nasional dan keluar dari 10 besar kabupaten
termiskin di Jawa Timur harus meningkatkan kualitas sumberdaya petani menjadi
wirausahawan tani. Seorang wirausahawan tani mempunyai kemampuan mengubah suatu
kesempatan menjadi hasil positif jika seorang wirausahawan mampu mengelola
sumber daya internal dan sumber daya ekternalnya (Mahadalle & Kaplan,
2017). Karakter pribadi, yang merupakan bagian dari sumber daya internal,
mewujudkan suatu kapasitas yang harus dikembangkan. Seseorang yang berkarakter
kuat umumnya menjadi pribadi yang tidak begitu saja tunduk oleh sekelompok
realitas yang terjadi. Begitupun bagi individu yang berkarakter kurang kuat,
cenderung akan patuh pada berbagai kondisi yang ada tanpa bisa
mengendalikannya. Oleh karena itu, karakter dari seorang wirausahawan akan
mampu memengaruhi kemampuan dalam menjalankan usahanya.
Karakteristik wirausahawan yang memiliki karakter untuk selalu
mempunyai need for achievement (kebutuhan akan pencapaian), self-confidence
(kepercayaan diri), proactiveness (sikap proaktif), independency
(kemandirian), responsibility (tanggung jawab), dan risk-taking
propensity (kecenderungan berani mengambil resiko), akan mempunyai peluang
yang lebih besar untuk berhasil dalam menjalankan usahanya. Seorang
wirausahawan yang mampu menunjukkan keberhasilan usaha bisnisnya akan lebih
mempunyai karakter yang kuat dalam bekerja, dan karakter wirausaha yang kurang
kuat cenderung akan menurun keberhasilan usahanya. Dengan mempunyai sifat wirausahawan
mereka tidak hanya menjadi petani subsistem yang hanya bercocok tanam saja,
tetapi juga bisa memberi nilai tambah penghasilan dalam bidang pertanian,
seperti bisa melakukan pengolahan hasil pertanian dan bisa menjual hasil
peroduksinya yang tepat sehingga harganya bisa lebih mahal. Mereka mampu
membuat pupuk dan pestisida sendiri. Dengan demikian usaha mereka akan lebih
efisien sehingga pendapatnya akan meningkat.