Mapena News - Mengapa ulat grayak disebut kupu-kupu malam?
Kupu-kupu malam merupakan sebutan lain dari ngengat, yang merupakan imago atau bentuk dewasa dari ulat grayak. Disebut kupu-kupu malam karena serangga ini aktif pada malam hari (nokturnal), berbeda dengan kupu-kupu yang aktif pada siang hari (diurnal). Sebagai hewan nokturnal, ngengat memiliki penglihatan yang tajam untuk membantunya dapat beraktivitas pada malam hari.
Meskipun memiliki banyak kemiripan dengan kupu-kupu, ngengat dan kupu-kupu dapat dibedakan dari warnanya. Kupu-kupu memiliki warna yang bervariasi dan terang sedangkan ngengat cenderung berwarna gelap. Sama seperti kupu-kupu, ngengat juga mengalami metamorfosis sempurna dalam hidupnya, yang terdiri dari; telur → larva → (ulat) → pupa → imago (ngengat). Pada fase larva atau ulat inilah yang merupakan ancaman bagi petani karena ulat grayak memiliki kemampuan makan yang laur biasa. Tanaman yang terserang ulat grayak menunjukkan gejala daun berlubang atau gropes akibat dimakan ulat, bahkan pada serangan yang berat hanya menyisakan tulang daun.
Ulat grayak masuk dalam genus Spodoptera, yang memiliki banyak spesies diantaranya; S. litura, S. frugiperda, S. littoralis, dan S. exigua, serta memiliki inang yang luas, diantaranya; jagung, kedelai, bawang merah, kubis, tomat,
kangkung, dll. Kisaran inang yang luas dan kemampuan makan yang luar biasa menjadikan ulat grayak harus dikendalikan keberadaannya. Ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan untuk pengendalian hama ulat grayak diantaranya: secara mekanik dengan cara mematikan ulat grayak secara langsung maupun menggunakan perangkap lampu, atau pengendalian dengan insektisida.
Meskipun ulat grayak merupakan hama bagi petani, namun ngengat juga memiliki peran yang penting dalam menjaga ekosistem. Ngengat berperan membantu penyerbukan bunga, terutama pada malam hari dan sebagai sumber pakan organisme lain seperti burung dan kelelawar. Selain itu, ngengat juga berfungsi sebagai bioindikator lingkungan karena memiliki banyak spesies, dengan melihat kelimpahan dan keragamannya.
Penulis: Nurenik, S.T.P., M.Sc.
Referensi tulisan:
Nurenik & Nurul A. 2024. Cerdas mengelola kebun hingga dapur. Jakarta: Bakrie Press.
Setyawan A., Rachmat B. S., & Harmonis. 2021. Keragaman jenis ngengat pada tiga tipe habitat di Kawasan Hutan Pendidikan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman. Prosiding SIKMA 9, Vol. 2: 9-16.
Sharma S, Sachin U., & Sundar Tiwari. 2022. Biology and integrated management of tobacco caterpillar, Spodoptera litura Fab.: A systematic review. Journal of Agriculture and Applied Biology. Vol. 3(1): 28-39.
Susabda, D.Z., Emantis, R., Endah S., & Nismah N. 2020. Pengaruh cahaya warna lampu terhadap jumlah ngengat di Taman Araceae Kebun Raya Liwa. Journal Biospecies. Vol. 13(2): 16-21.