Program Makan Siang Bergizi Gratis dari Presiden Prabowo menjadi Gong Ancaman bagi Usaha Masyarakat sektor pertanian dan peternakan ?

Mapena News -  Program makan siang gratis serasa semakin dipaksakan, sadar akan kebutuhan dana yang sangat besar, presiden Prabowo harus berangkat ke negeri tirai bambu untuk bisa membantu program tersebut, bahkan oleh Menteri Koordinator Bidang perekonomian Airlangga Hartanto seperti yang dimuat dalam Kompas.com (11/11/2024) telah mengesahkannya. Bagaimana tidak, seperti yang dimuat dalam media CNN Indonesia (9/10/2024), Badan Gizi Nasional memperkirakan anggaran untuk program tersebut akan mencapai 800 miliar per hari bahkan 1.2 triliun jika sudah berjalan secara penuh. Sehingga yang perlu kita pertanyakan bersama-sama, dengan anggaran sebesar itu apakah sebenarnya tujuan besar dalam program ini? Apakah ini Nyata sebuah Investasi dalam Upaya peningkatan SDM? Atau program ini muncul karena pemerintah semakin sadar bahwa kemampuan ekonomi Masyarakat Indonesia sudah benar-benar hancur hingga harus disokong makan siang gratis? Terkait program ini menurut Direktur Politeknik Pertanian dan Peternakan Mapena, Ir. Teguh Dwi Putra, S.Pt., M.Sc., IPM., ASEAN Eng. “Program apapun yang dicanangkan pemerintah secara normatif memiliki makna yang baik, tapi jika kita runut lebih dalam terkait 3K (Kesiapan, Ketersediaan, dan Keberlanjutan), akan kita temukan di sana sejauh mana sebenarnya manfaat serta dampak yang ditimbulkan dalam sebuah program, baik jangka panjang ataupun jangka pendek”

Direktur yang merupakan lulusan S2 Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada ini menjelaskan lebih lanjut bahwa “makan bergizi ini akan melibatkan banyak sekali stakeholder dalam pelaksanaannya dan menjadi lahan subur untuk dimanfaatkan sepihak, sehingga butuh pengawasan ekstra agar program ini berjalan sesuai tujuan mulianya untuk membantu mencerdaskan Masyarakat. Belum lagi bicara terkait pengadaan bahan pokoknya, belum lagi berbicara terkait besaran anggaran per porsi makanan di masing-masing daerah” tuturnya. bahkan hal ini sempat dibahas di Kompas.com (18/07/2024) terkait aggaran 1 porsi makan siang gratis hanya akan sampai pada budget 7.500 dari yang sebelumnya diwacanakan 15.000 rupiah, menurut Direktur Poltana Mapena, hal ini nanti akan menimbulkan banyak kekacauan terhadapat stabilitas harga bahan pokok nasional. Apalagi Jika program ini terus dipaksakan sedangkan bahan baku nasional Nol maka akan ada lonjakan impor yang luar biasa, dan tentunya akan berdampak pada Sektor Usaha Masyarakat khususnya Produk Pertanian dan Peternakan. Disini Masyarakat petani dan peternak akan mulai menangis.

Sebuah Contoh kejadian yang bisa menjadi kewaspadaan bagi kita semua, sangat ironis dan terjadi di Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Pasuruan akhir ini, Masyarakat Peternak Sapi Perah dipaksa membuang susu hasil produksi ternak perahnya dikarenakan pembatasan kuota penjualan susu ke pabrik, sedangkan Tempo.co (15/11/2024) mencatatkan impor susu mencapai 257.3 Ton yang artinya mengalami kenaikan 7.07% dibandingkan tahun 2023. Sehingga serasa tidak masuk akal jika kebutuhan susu masih kurang sedangkan pabrik membatasi penerimaan susu, paadahal kasus anak stunting kurang nutrisi masih tinggi. 

Zat  gizi yang dibutuhkan  oleh  tubuh  harus  tercukupi  sehingga  dapat  tumbuh  sehat  dan normal. Sesuai dengan (Mudambi & Rajagopal, 2007) dalam bukunya bahwa Fundamentals of Foods, Nutrition and Diet Therapy bahwa asupan gizi seimbang dapat diperoleh dari makanan atau minuman yang kita konsumsi, yaitu terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin dan air. 

Sebagai penutup pendapat dan pandangannya, Direktur menuturkan dan berharap “Adanya program makan siang gratis ini semoga menjadi peluang bukan menjadi ancaman bagi Masyarakat pribumi, adanya program makan siang gratis ini semoga pemerintah fokus dalam peningkatan produksi dalam negeri bukan memenuhi kuota impor untuk kepentingan sepihak. Adanya program ini semoga bukan menjadi ancaman, semoga program ini akan membuat permintaan produk lokal hasil pertanian dan peternakan akan meningkat, dan bukan malah akan membuat hancur produk lokal karena tidak mampu bersaing dengan gelombang produk impor yang dinilai lebih murah dan lebih berkualitas”.

Sumber : 

Mudambi, S., & Rajagopal, M. . (2007). Fundamentals of Foods, Nutrition and Diet Therapy. New Age International.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *