Mapena News - Bawang merah merupakan salah satu
tanaman sayuran penting di Indonesia. Produksi bawang merah di Kabupaten Tuban
mengalami peningkatan selama 3 tahun terakhir, yaitu 20.726,00 kw pada tahun
2022, 29.322,50 kw pada tahun 2023 dan meningkat mencapai 45.028,48 kw pada
tahun 2024 (BPS, 2025). Kegiatan usaha tani yang intensif dan permintaan pasar
yang cenderung mengalami peningkatan, mendorong petani untuk dapat menghasilkan
panen umbi bawang merah yang berkualitas dan dalam jumlah yang besar. Pada
umumnya, budi daya bawang merah dilakukan secara vegetative yaitu dengan umbi.
Namun, pemanfaatan umbi sebagai bahan tanam bawang merah memiliki beberapa
kelemahan. Diantaranya adalah kualitas umbi akan mengalami penurunan jika bahan
tanam digunakan secara turun menurun, potensi terbawanya hama dan penyakit dari
umbi sebelumnya, sulit dalam penyediaan dan pengelolaan misalnya penyimpanan
dan pendistribusian umbi (Pangestuti dan Sulistyaningsih, 2011; Firmansyah et
al, 2014). Salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam menangani
permasalahan bahan tanam untuk meningkatkan produksi dan kualitas bawang merah
adalah dengan menggunakan bahan tanam berasal dari biji/true shallot seed
(TSS). Penggunaan TSS memiliki beberapa kelebihan dibandingkan bahan tanam
umbi, diantaranya adalah kebutuhan TSS sebagai bahan tanam lebih rendah
dibandingan dengan menggunakan umbi pada luasan yang sama, pengelolaan TSS
lebih mudah dan murah, menghasilkan tanaman yang lebih sehat karena TSS lebih
bebas dari pathogen tular tanah sehingga produksi bawang merah lebih
berkualitas (Sumarni et al., 2012). Namun, kelemahan dari TSS adalah
perlu dilakukan penyemaian terlebih dahulu sehingga membutuhkan waktu yang
lebih lama serta masa tanam yang lebih panjang. Jika menggunakan bahan tanam
umbi, panen bawang merah bisa diusia 60-70 HST dengan ciri leher batang 60% lunak,
tanaman rebah dan menguningnya daun. Namun, dengan menggunakan TSS, panen
bawang merah bisa dilakukan ketika umur tanaman berkisar 70-90 HST. Disisi
lain, produktivitas bawang merah yang ditanam menggunakan umbi relative lebih
rendah dibandingkan menggunakan TSS (Prayudi et al., 2014). Secara umum,
dari sekian kelebihan dan kekurangan masing-masing bahan tanam, dapat
disimpulkan bahwa penggunaan bahan tanam dari TSS memiliki potensi hasil panen
yang lebih tinggi dan kualitas umbi yang lebih baik dibandingkan dengan
penggunaan umbi. Namun, kembali lagi dengan petani atau pembudidaya yang akan
melakukan budi daya, ingin melakukan budi daya bawang merah dengan menggunakan
bahan tanam TSS atau umbi.
Penulis: Lisa Dwifani Indarwati, S.P.,
M.Sc.
Referensi:
Badan Pusat
Statistik (BPS). 2025. Produksi Tanaman Sayuran dan Buah-Buahan Semusim Menurut
Kabupaten/Kota dan Jenis Tanaman di Provinsi Jawa Timur, 2022, 2023, 2024.
Available at https://jatim.bps.go.id/id/statistics-table/3/
ZUhFd1JtZzJWVVpqWTJsV05XTllhVmhRSzFoNFFUMDkjMw==/produksi-tanaman-sayuran-menurut-kabupaten-kota-dan-jenis-tanaman-di-provinsi-jawa-timur--2023.html?year=2024. Diakses pada 17 April 2025.
Firmansyah, M.
A., Musaddad, D., Liana, T., Mokhtar, M. S., dan Yufdi, M. P. (2014). Uji
adaptasi bawang merah di lahan gambut pada saat musim hujan di Kalimantan
Tengah. J. Hort, 24(2), 114–123.
Pangestuti,
R., dan Sulistyaningsih, E. (2011). Potensi penggunaan True Seed Shallot (TSS)
sebagai sumber benih bawang merah di Indonesia. In Prosiding Semiloka Nasional
“Dukungan AgroInovasi untuk Pemberdayaan Petani.” Pemprov Jateng Semarang 14
Juli 2011. Kerjasama UNDIP dan BPTP Jateng.
Prayudi, B.,
Sulistyaningsih, E., Rosliani, R., Mulyani, A., Pangestuti, R., dan Kusumasari,
A. C. (2014). Perbaikan Teknologi Perbenihan Bawang Merah melalui Biji (TSS) di
Tingkat Petani Mendukung Program Mandiri Benih. Laporan Kerja sama Penelitian
KKP3SL. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah, Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
Sumarni, N.,
Sopha, G.A. and Gaswanto, R. (2012). Respons Tanaman Bawang Merah Asal Biji
True Shallot Seeds terhadap Kerapatan Tanaman pada Musim Hujan. Jurnal Horti,
22(1), 23–28.