Mapena News - Ketahanan pangan dalam beberapa bulan terakhir menjadi topik yang banyak diperbincangkan di berbagai media, terutama setelah Presiden Republik Indonesia, Bapak H. Prabowo Subianto, menegaskan komitmennya untuk menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia. Komitmen ini membuka peluang sekaligus tantangan bagi lembaga-lembaga pemerintah untuk merumuskan program-program strategis yang dapat mempercepat terwujudnya cita-cita mulia tersebut.
Dalam laman resmi Sekretariat Kabinet Republik Indonesia yang diterbitkan pada 23 April 2025, melalui artikel berjudul "Presiden Prabowo: Indonesia Jadi Lumbung Pangan Dunia" yang telah ditonton sebanyak 1.692 kali, ditegaskan bahwa ketahanan pangan merupakan prioritas nasional. Pernyataan Presiden ini seharusnya menjadi alarm yang membangkitkan semangat produktivitas dan inovasi di kalangan petani.
Namun, untuk merealisasikan visi besar tersebut, perlu diawali dengan pembenahan regulasi yang selama ini dinilai menyulitkan masyarakat petani. Sebagai contoh, kebijakan terkait distribusi pupuk, yang sempat disampaikan oleh Menteri Pertanian pada acara di Jakarta, 18 November 2024, sebagaimana dilaporkan oleh Tempo, masih menjadi sorotan.
Menurut Ir. Teguh Dwi Putra, S.Pt., M.Sc., IPM., ASEAN Eng., Direktur Politeknik Pertanian dan Peternakan Mapena, saat ditemui dalam sebuah kesempatan, menyampaikan pandangannya bahwa, “Jika persoalan fundamental terkait ketersediaan pupuk bagi masyarakat petani belum dapat diselesaikan, maka akan sangat sulit untuk mewujudkan lumbung-lumbung pangan yang seyogianya berawal dari daerah-daerah. Harga pupuk yang mahal serta regulasi yang rumit dapat menyebabkan berhentinya aktivitas pertanian di desa, yang pada akhirnya menurunkan kuantitas produksi pangan lokal."
Lebih lanjut, Direktur yang juga berlatar belakang keilmuan peternakan tersebut menambahkan bahwa, "Program yang baik dan regulasi yang baik saja belum cukup." Menurutnya, fokus utama pemerintah seharusnya diarahkan pada pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Banyak masyarakat petani dinilai belum siap menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga praktik pertanian di berbagai daerah masih dilakukan secara konvensional. Pertanian konvensional tentu akan kesulitan bersaing dengan model pertanian modern yang berbasis inovasi teknologi.
Momentum Presiden Prabowo saat menebarkan benih padi menggunakan teknologi drone pertanian di Ogan Ilir, Sumatera Selatan, pada Rabu, 23 April 2025, yang dipublikasikan melalui laman resmi Presiden Republik Indonesia, menjadi contoh nyata pentingnya penerapan teknologi dalam sektor pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi merupakan faktor pendukung yang sangat vital dalam meningkatkan produktivitas.
Namun, pertanyaan penting yang perlu diajukan adalah: sudahkah masyarakat petani kita siap? Tanpa kesiapan SDM yang memadai, teknologi canggih justru dapat menjadi beban biaya investasi yang sia-sia. Dengan demikian, penguatan kapasitas dan kualitas SDM menjadi kunci utama agar teknologi benar-benar dapat berkontribusi signifikan dalam meningkatkan produktivitas pertanian nasional.
Dalam penutupannya, Direktur Politeknik Pertanian dan Peternakan Mapena menyampaikan bahwa untuk mewujudkan visi besar Indonesia sebagai lumbung pangan dunia, negara perlu memberikan perhatian serius terhadap investasi di bidang pendidikan, khususnya pendidikan pertanian. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam sektor ini harus menjadi prioritas utama sebelum mengoptimalkan penerapan teknologi dan pembangunan infrastruktur pendukung. Salah satu institusi pendidikan yang konsisten berfokus pada pengembangan SDM pertanian adalah Politeknik Pertanian dan Peternakan Mapena. Sebagai satu-satunya kampus vokasi di Jawa Timur yang berfokus secara khusus pada bidang pertanian dan peternakan, Mapena memiliki peran strategis dalam mencetak tenaga profesional yang adaptif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian. Oleh karena itu, penting bagi seluruh lapisan masyarakat dan pemerintah untuk mendukung dan mengampanyekan penguatan pendidikan vokasi pertanian. Jangan sampai instruksi Presiden untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional telah dicanangkan, tetapi kesiapan SDM sebagai fondasi utamanya justru belum tersedia secara optimal. Dengan komitmen dan kolaborasi yang kuat, pendidikan vokasi pertanian akan menjadi kunci bagi terwujudnya kedaulatan pangan Indonesia.
Sumber:
- https://setkab.go.id/presiden-prabowo-indonesia-jadi-lumbung-pangan-dunia/
- https://www.tempo.co/ekonomi/mentan-amran-sulaiman-soal-pangkas-regulasi-penyaluran-pupuk-bersubsidi-ke-petani-1171043
- https://www.presidenri.go.id/siaran-pers/presiden-prabowo-tebar-benih-padi-dengan-teknologi-drone-pertanian