Bimbingan Teknis Implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka Mandiri Bagi Perguruan Tinggi LLDikti Wilayah VII: Membangun Kemandirian Mahasiswa dan Dosen

Mapena News - Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menjadi fokus utama bagi perguruan tinggi di Indonesia. Untuk mendukung pelaksanaan program tersebut secara mandiri, LLDikti Wilayah VII menyelenggarakan Bimbingan Teknis (Bimtek)  yang memberikan panduan praktis kepada perguruan tinggi agar mampu mengelola program ini dengan baik. Bimtek ini dihadiri oleh sejumlah narasumber yang memberikan wawasan menyeluruh mengenai konsep, tata kelola, hingga aspek teknis dari pelaksanaan MBKM di perguruan tinggi.

Dr. Eng. Niki Prastomo, salah satu narasumber, dalam presentasinya bertajuk "Merdeka Untuk Mandiri, Mandiri Untuk Merdeka" menekankan bahwa tujuan utama MBKM adalah memberikan kebebasan kepada mahasiswa untuk mengeksplorasi potensi di luar kurikulum formal. Namun, kebebasan ini diarahkan agar mahasiswa dan perguruan tinggi dapat mencapai kemandirian. Mahasiswa diberi kesempatan untuk mengikuti program seperti magang, studi independen, dan proyek kewirausahaan, yang memungkinkan mereka mengembangkan keterampilan praktis, membangun jaringan, dan memiliki pandangan yang lebih luas tentang dunia kerja. Dengan demikian, kemandirian adalah hasil dari kebebasan yang terarah, dan MBKM menjadi landasan bagi mahasiswa untuk lebih siap menghadapi tantangan masa depan.

Prof. Dr. Dra. Tatik Suryani, Psi., M.M., yang turut menjadi narasumber, membahas mengenai pentingnya Tata Kelola MBKM Mandiri. Ia menegaskan bahwa kesuksesan MBKM tidak hanya ditentukan oleh jumlah mahasiswa yang mengikuti program, tetapi juga oleh kualitas tata kelola yang dilakukan oleh perguruan tinggi. Institusi harus memiliki perencanaan yang matang, pengawasan yang baik, serta evaluasi yang berkelanjutan. Ia juga mendorong dosen untuk berpartisipasi aktif dalam program ini. Peran dosen sebagai pendidik bukan hanya mengarahkan mahasiswa, tetapi juga ikut terlibat dalam berbagai kegiatan MBKM, baik yang diprogramkan oleh kementerian maupun yang dilaksanakan secara mandiri oleh institusi. Dengan keterlibatan dosen, program ini dapat berjalan lebih optimal dan memberikan manfaat yang lebih besar bagi mahasiswa.

Aspek teknis dari MBKM dibahas oleh Iwan Pribadi Dwi Prasetyo, S.M., yang menjelaskan peran vital neofeeder sebagai sistem pengelolaan data akademik. Ia menggambarkan neofeeder sebagai "roh" pendidikan, sementara operator yang menjalankan sistem tersebut adalah "nafasnya". Sistem ini memainkan peran penting dalam mencatat dan mengelola data aktivitas mahasiswa, termasuk kegiatan yang mereka ikuti dalam program MBKM. Oleh karena itu, tanpa sistem pengelolaan yang baik, seperti neofeeder, pelaksanaan MBKM dapat menghadapi berbagai kendala, terutama dalam hal administrasi. Peran operator yang mengelola sistem ini sangat penting dalam memastikan kelancaran program.

Sebagai bagian dari institusi pendidikan yang berpartisipasi dalam Bimtek ini, Direktur Politeknik Pertanian Dan Peternakan Mapena (Poltana Mapena) Ir. Teguh Dwi Putra, S.Pt., M.Sc., IPM., ASEAN Eng. saat ditemui selepeas kegiatan memiliki harapan besar terhadap implementasi MBKM Mandiri. Perguruan tinggi ini berharap bahwa MBKM Mandiri dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa di luar materi perkuliahan, memperluas relasi, serta membuka wawasan mereka terhadap dunia kerja. Mahasiswa diharapkan dapat menggunakan kesempatan ini untuk memperkaya soft skill yang sangat dibutuhkan dalam dunia profesional. Lulusan Poltana Mapena nantinya diharapkan tidak hanya siap bekerja tetapi juga mampu menciptakan lapangan kerja baru, sehingga program MBKM ini menjadi langkah strategis untuk membekali mahasiswa dengan keterampilan yang relevan dan kontekstual.

Tidak hanya mahasiswa, Dosen di Poltana Mapena juga diharapkan memainkan peran penting dalam keberhasilan MBKM Mandiri. Dosen diharapkan memiliki semangat yang sama dalam mendukung program ini. Mereka perlu berpartisipasi aktif, baik dalam program yang diselenggarakan oleh kementerian maupun yang diadakan secara mandiri oleh perguruan tinggi. Kesuksesan program MBKM tidak hanya bergantung pada berapa banyak mahasiswa yang terlibat, tetapi juga pada komitmen dosen dalam memfasilitasi dan mendukung pengembangan soft skill mahasiswa. Dengan keterlibatan aktif dosen, MBKM dapat berjalan lebih lancar dan memberikan manfaat bagi seluruh civitas akademika.

Kegiatan Bimtek ini memberikan panduan komprehensif kepada perguruan tinggi untuk mengelola MBKM secara mandiri. Sinergi antara mahasiswa, dosen, dan pengelola sistem tata kelola diharapkan mampu menjadikan MBKM Mandiri sebagai program yang sukses dan berkelanjutan. Program ini tidak hanya bertujuan mencetak lulusan yang siap kerja, tetapi juga individu yang memiliki kemandirian dalam berpikir, bertindak, dan menciptakan inovasi baru dalam dunia kerja maupun masyarakat. Dengan demikian, MBKM Mandiri dapat menjadi gerakan besar dalam menciptakan pendidikan yang lebih inklusif, adaptif, dan relevan di era modern.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *